Senin, 22 September 2014

Jangan meniru sifat orang-orang munafik


Assalamu'alaykum wr wb 

ciri ciri munafik


إِنَّ الْمُنَافِقِينَ يُخَادِعُونَ اللَّهَ وَهُوَ خَادِعُهُمْ وَإِذَا قَامُوا إِلَى الصَّلاةِ قَامُوا كُسَالَى يُرَاءُونَ النَّاسَ وَلا يَذْكُرُونَ اللَّهَ إِلا قَلِيلا (142)

 مُذَبْذَبِينَ بَيْنَ ذَلِكَ لا إِلَى هَؤُلاءِ وَلا إِلَى هَؤُلاءِ وَمَنْ يُضْلِلِ اللَّهُ فَلَنْ تَجِدَ لَهُ سَبِيلا (143)

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تَتَّخِذُوا الْكَافِرِينَ أَوْلِيَاءَ مِنْ دُونِ الْمُؤْمِنِينَ أَتُرِيدُونَ أَنْ تَجْعَلُوا لِلَّهِ عَلَيْكُمْ سُلْطَانًا مُبِينًا (144)  

“ Sesunguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka, dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas, mereka bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia, tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali (142). Mereka dalam keadaan ragu-ragu andara yang demikian (iman atau kafi) tidak termasuk dalam golongan ini (orang-orang beriman)dan tidak (pula) kepada golongan itu (orang-orang kafir), maka kamu sekali-kali tidak akan mendapat jalan (untuk memberi petunjuk) baginya. (143). Hai orang-orang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang kafir menjadi wali dengan meninggalkan orang-orang mukmin, inginkah kamu mengadakan alasan yang nyata bagi Allah (untuk menyiksamu) ? (144) “ (QS An-nisaa’ : 142-144)

Pada ayat ayat terdahulu telah diterangkan tentang orang-orang munafik yang memiliki sifat dan sikap yang tercela, yaitu mengambil orang-orang kafir sebagai teman-teman penolong mencari kepentingan dari perang yang terjadi antara umat islam dengan orang-orang kafir. Meskipun demikian, sesungguhnya sesungguhnya orang-orang munafik itu tidak akan pernah diberi jalan oleh Allah untuk memusnahkan orang-orang beriman. Selanjutnya diterangkan pula dengan lebih terperinci lagi tentang hakikat orang-orang munafik, yaitu mereka menampakkan keislamannya tetapi tidak dari hati yang beriman dan ikhlas karena Allah. Allah berfirman : “ sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalastipuan mereka, dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas, mereka bermaksud ria (dengan shalat) dihadapan manusia, tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali “ (142)

Ayat ini menerangkan tentang kekufuran orang-orang munafik yaitu menipu Allah dengan memperlihatkan diri sebagai orang-orang yang ta’at. Mengapa mereka disebut sebagai menipu Allah? Apakah mereka memang bisa menipu Allah? Mereka disebut sebagai menipu Allah karena lain yang diperlihatkan kepada orang-orang yang beriman dan lain pula yang sebenarnya mereka lakukan. Nampak seperti keta’atan sebagai bukti keimanan di hati tetapi sebenarnya suatu usaha dusta supaya diperakui sebagai orang-orang beriman. Mereka menyangka telah berhasil menipu Allah dengan menipu orang-orang beriman. Tetapi Allah Maha Mengetahui apa yang mereka sembunyikan di dalam hati mereka. Inilah yang dimaksud dengan menipu Allah, maka Allah membalas perbuatan mereka itu dengan suatu tipuan pula, yaitu dengan membiarkan mereka dalam kesesatan mereka sehingga bertambah-tambah dosa mereka lalu Allah mengazab mereka dengan azab yang dahsyat.

Kata “ menipu “ di dalam ayat ini digunakan kepada orang-orang munafik dan juga digunakan kepada Allah. Ketika dipakaikan kepada mereka maka digunakan dengan bentuk “ fil mudhaari “yang menjelaskan bahwa orang-orang munafik bukan sekali-dua kali menipu Allah tetapi terus menerus. Adapun ketika dipakaikan kepada Allah maka digunakan dengan bentuk “ isim faa’il “ yang menjelaskan bahwa Allah lebih kuatdan lebih hebat dalam membalas tipuan mereka itu. Bukannya Allah yang tertipu tetapi merekalah yang tertipu. Allah menipu mereka di dalam ayat ini sebagai menerangkan pembalasan yang semisal, yaitu balasan sesuai dengan perbuatan yang dilakukan. Mereka menyangka bahwa mereka tidak akan menerima balasan tetapi rupanya mereka mendapatkanya. Maka ketika itu mereka telah berhasil ditipu dan tertipu.

Selanjutnya diterangkan pula tentang salah satu contoh yang dilakukan orang-orang munafik dalam menipu, yaitu melakukan shalat tetapi tidak ikhlas karena Allah, tujuannya adalah supaya dilihat oleh manusia. Apabila diperhatikan dengan teliti meka akan didapati bahwa mereka mekakukan shalat dengan kemalasan. Sekai –duakali mungkin dapat terlihat mereka melakukannya dengan sungguh-sungguh, tetapi apabila terus diperhatikan maka kesungguhan itu hanyalah sebagai tipuan, sebenarnya mereka melakukan dengan malas karena mereka tidak beribadah dengan keimanan dan keikhlasan. Orang yang beribadah dengan keimanan dan keikhlasan pasti suka dalam setiap apapun yang mereka kerjakan, apalagi mengerjakan shalat yang merupakan ibadahyang paling utama di dalam islam, mereka tidak akan pernah malas dalam beribadah.

Dipenghujung ayat disebut bahwa mereka sangart sedikit sekali berdzikir kepada Allah, yang sedikit itu pula bukan karena keimanan tetapi karena kepentingan duniawi yang ingin didapatkan. Allah menyampaikan dalam bentuk “ nafyu istbaat “ yaitu mereka ditidakkan dari berdzikir lalu ditetapkan bahwa kalaupun ada tetapi sangat sedikit sekali. Penyampaian yang seperti ini mengandung makna penegasan. Memang demikianlah kenyataan yang sebenarnya! Demikianlah Allah menjelaskan hakikat yang sebenarnya tentang ibadah orang-orang munafik. Mereka telah menggunakan simbol-simbol agama untuk membungkus kekufuran mereka.  Sungguh berani mereka menggunakan agama yang suci untuk menyampaikan keinginan mereka yang kotor. Sungguh perbuatan mereka ini sangat buruk dan keji sekali.

Ayat berikutnya menerangkan bahwa keadaan orang-orang munafik itu adalah orang-orang yang tidak memiliki prinsip didalam hidup. Mereka membuat orang-orang beriman menjadi susah untuk menghadapi mereka, dikatakan kawan tidak, dikatakan lawanpun tidak, karena umat islam tidak mengetahui apa yang tersembunyi di dalam hati mereka, dan kita hanya boleh menentukan berdasarkan apa yang kita ketahui. Mereka memiliki sifat yang seperti itu karena Allah telah menetapkan dengan ilmu-Nya yang azali bahwa meraka adalah orang-orang munafik. Apabila demikian halnya maka apapun usaha untuk merubah sikap mereka hanyalah sia-sia belaka. Allah berfirman “ mereka dalam keadaan ragu-ragu antara yang demikian (iman atau kafir) tidak termasuk dalam golongan ini (orang-orang beriman) dan tidak (pula)kepada golongan itu (orang-orang kafir), maka kamu sekali-kali tidak akan mendapat jalan (untuk memberi petunjuk) baginya “ (143)

Ayat berikutnya pula menerangkan tentang seruan Allah kepada orang-orang beriman supaya jangan meniru sifat dan sikap tercela orang-orang munafik. Allah berfirman “ Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang kafir menjadi wali dengan meninggalkan orang-orang yang mukmin, inginkah kamu mengadakan alasan yang nyata bagi Allah ( untuk menyiksamu) ? “ (144). Ayat ini menjelaskan larangan yang tegas sehingga di akhir ayat di sampaikan dalam bentuk pertanyaan yang bertujuan untuk mengingkari perbuatan seperti yang dilakukan oleh orang-orang munafik. Pertanyaan yang seperti ini disebut dengan   isifhaam inkaary “ . Apabila dilakukan juga maka Allah akan mengazab dengan azab yang dahsyat seperti yang ditimpakan keatas orang-orang munafik, karena perbuatan tersebut merupakan alasan yang nyata bagi Allah untuk menyiksa sebagai menegakkan keadilan-Nya. Wallahu a’lam

Sumber : tafsir dari ust. Dr. H. Musthafa Umar Lc. MA

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+
Tags :

Related : Jangan meniru sifat orang-orang munafik

0 komentar: